Dalam hiruk-pikuk aktivitas di sekretariat Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kraksaan, ada satu nama yang sering kali tak disebut dalam agenda resmi. Namun, perannya sangat vital dalam memastikan keberhasilan setiap kegiatan organisasi ini. Nama itu adalah Pak Jamal, seorang pria sederhana asal Desa Alassumur Kulon yang telah mendedikasikan hidupnya untuk khidmah di NU tanpa pamrih. Pak Jamal bukanlah sosok yang gemar menonjolkan diri. Ia lebih nyaman bekerja di balik layar, memastikan segala sesuatu berjalan lancar tanpa meminta penghargaan. Meskipun demikian, kontribusinya telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari roda organisasi MWCNU Kraksaan. Menurut Sekretaris MWCNU Kraksaan, Ustadz Abdul Rofiq, S.Sy, pria paruh baya ini dikenal oleh banyak orang karena kerendahan hati, senyum ramah, dan keikhlasan yang terpancar dari setiap tindakannya. Selain aktif membantu di MWCNU, kesehariannya diisi dengan bekerja di sebuah bengkel motor di Desa Asembakor. Meeskipun sibuk dengan pekerjaannya, Pak Jamal tetap istiqamah menjalankan ibadah sunnah. Ia rutin berpuasa Senin dan Kamis, serta selalu meluangkan waktu untuk berziarah ke maqbarah salah satu muassis NU, KH. Hasan Genggong, setiap malam Jumat. Keistiqamahan ini menunjukkan kecintaannya pada nilai-nilai keagamaan yang menjadi fondasi kuat dalam pengabdiannya. Ketika MWCNU Kraksaan mengadakan acara, Pak Jamal adalah sosok yang selalu hadir di balik layar. Mulai dari memastikan konsumsi tersedia hingga memasang bendera, umbul-umbul, dan atribut Nahdlatul Ulama di sepanjang jalan, semuanya ia lakukan dengan penuh semangat. “Pak Jamal itu orang yang paling ikhlas dalam berkhidmah di NU,” ungkap salah satu pengurus MWCNU. Pernyataan ini mencerminkan betapa besar dedikasi Pak Jamal terhadap NU. Dalam setiap acara, ia memastikan bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik, tanpa ada kekurangan sedikit pun. Bagi banyak pengurus MWCNU, Pak Jamal bukan sekadar pekerja di balik layar. Ia adalah inspirasi tentang bagaimana bekerja dengan tulus dan ikhlas. Sikap rendah hati serta keuletannya menjadi teladan bagi generasi muda yang ingin berkontribusi di NU. “Pak Jamal itu bukan sekadar pekerja, tapi inspirasi bagi kami semua,” ujar seorang anggota muda MWCNU. Ia menambahkan bahwa semangat dan dedikasi Pak Jamal memberikan pelajaran berharga tentang arti pengabdian yang sebenarnya. Dalam kesederhanaannya, Pak Jamal mengajarkan bahwa kerja keras tanpa mengharap pujian adalah hal yang sangat mulia. Ia membuktikan bahwa kesuksesan sebuah organisasi tidak hanya bergantung pada pemimpin atau pengurus utama, tetapi juga pada mereka yang bekerja di belakang layar. Di usianya yang tidak lagi muda, Pak Jamal tetap menunjukkan semangat luar biasa. Banyak pihak berharap agar beliau senantiasa diberi kesehatan dan kekuatan untuk terus mengabdi. “Pak Jamal, semoga panjang umur, sehat, dan dimudahkan rezekinya,” ujar Rais Syuriah MWCNU Kraksaan, KH Ahmad Haidori, M.PdI, dalam sebuah kesempatan. Ucapan ini menjadi doa bersama bagi sosok yang telah memberikan begitu banyak untuk kemajuan NU di Kraksaan. Pak Jamal juga sering menjadi motivasi bagi para pengurus untuk meningkatkan kualitas kerja mereka. Ia adalah bukti nyata bahwa keikhlasan adalah kunci utama dalam mencapai keberhasilan. Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama adalah momen yang tepat untuk mengapresiasi mereka yang telah berkhidmah dengan tulus. Sosok seperti Pak Jamal adalah simbol dari nilai-nilai luhur NU: ketulusan, pengabdian, dan kerja keras. Tanpa peran orang-orang seperti Pak Jamal, kegiatan organisasi sebesar NU mungkin tidak akan berjalan sebaik yang terlihat di permukaan. Meskipun jarang disebut dalam laporan resmi atau pidato, kontribusi mereka sangat besar dan tak tergantikan. Kisah Pak Jamal mengingatkan kita bahwa setiap keberhasilan organisasi adalah hasil kerja sama banyak pihak. Mereka yang bekerja di balik layar sering kali menjadi fondasi utama keberhasilan tersebut. Mari kita terus menghargai kontribusi mereka, seperti Pak Jamal, yang dengan tulus memberikan yang terbaik untuk NU dan umat. Dengan menghormati mereka, kita menunjukkan bahwa setiap orang, tanpa memandang peran atau posisi, memiliki kontribusi yang sama pentingnya dalam mencapai tujuan bersama. Selamat Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama. Terima kasih, Pak Jamal, atas segala pengabdianmu. Semoga kisah inspiratif ini menjadi teladan bagi kita semua untuk terus berkontribusi dengan keikhlasan dan dedikasi. Penulis: Zainal Arifin, Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kraksaan. Post navigation Memaknai Kemerdekaan dengan Semangat Hubbul Wathan Minal Iman (Refleksi HUT RI Ke 79)