Hari ini, tepat seratus hari sejak berpulangnya Hamzah Haz pada 24 Juli 2024, bangsa ini mengenang seorang tokoh yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Indonesia. Hamzah Haz yang lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, pada 15 Februari 1940 bukan hanya seorang politikus dan negarawan, namun juga sosok aktivis Nahdlatul Ulama (NU) yang penuh dedikasi. Sebagai seorang pengurus NU dan tokoh politik nasional, beliau telah menginspirasi banyak orang melalui pengabdiannya yang tulus bagi umat dan bangsa. Mari kita mengenang perjalanan dan dedikasinya yang luar biasa di berbagai bidang kehidupan.

Awal Perjalanan sebagai Aktivis NU

Sejak usia muda, Hamzah Haz sudah menunjukkan kecintaan dan semangat yang besar untuk berdakwah dan membela kepentingan umat. Bergabung dengan Nahdlatul Ulama, Hamzah muda aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, mendekatkan diri pada masyarakat dan berupaya memperbaiki kondisi sosial ekonomi yang ada. Kepekaannya terhadap masalah-masalah sosial membuatnya dekat dengan masyarakat kecil, yang sering kali tidak mendapat perhatian dari pihak berwenang.

Saat menjadi mahasiswa di Yogyakarta, Hamzah Haz aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Akademi Koperasi pada periode 1962–1965. Setelah kembali ke Pontianak, Kalimantan Barat, ia melanjutkan studi di Universitas Tanjungpura dan tetap aktif di PMII, bahkan menjadi Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Kalbar antara 1965-1971. Keaktifannya di organisasi mahasiswa juga terlihat dalam keterlibatannya di Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Konsulat Pontianak, di mana ia dipercaya sebagai Ketua Presidium KAMI. Kegiatan ini menjadi awal pengembangan jiwa kepemimpinan Hamzah yang terus menguat hingga masa-masa selanjutnya.

Setelah lulus, Hamzah Haz berkarier sebagai wartawan, sembari tetap aktif di lingkungan NU. Pada tahun 1971, beliau ditunjuk sebagai Wakil Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) NU Kalimantan Barat, yang kemudian menjadi batu loncatan baginya untuk memasuki dunia politik sebagai anggota legislatif dari Partai NU.

Mengawali Karier Politik dan Peran di PPP

Ketika NU melebur ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Hamzah Haz melanjutkan pengabdiannya di bidang politik. Di PPP, ia dikenal sebagai sosok yang teguh mempertahankan prinsip-prinsip keagamaan dan nasionalisme, serta aktif di berbagai posisi strategis hingga akhirnya dipercaya sebagai Ketua Umum PPP pada tahun 1998. Di bawah kepemimpinannya, PPP semakin kuat memperjuangkan aspirasi umat, mengukuhkan diri sebagai partai yang memperjuangkan nilai-nilai keagamaan di tengah dinamika politik nasional.

Sebagai wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Hamzah Haz berkontribusi besar dalam memperjuangkan hak-hak umat dan memastikan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Pengalamannya di legislatif juga mempersiapkannya untuk posisi yang lebih tinggi, di mana ia terlibat dalam berbagai posisi eksekutif seperti Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM (1998-1999), Wakil Ketua DPR (1999-2001), dan Menko Kesra dan Taskin (1999).

Puncak Pengabdian sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia

Karier politik Hamzah Haz mencapai puncak ketika ia terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi Presiden Megawati Soekarnoputri pada periode 2001-2004. Dalam posisi ini, Hamzah Haz bekerja keras mengemban amanah dengan sebaik mungkin. Ia menjadi penyeimbang dalam pemerintahan, menyuarakan kepentingan rakyat, dan mempertahankan stabilitas negara di tengah masa transisi pasca-reformasi yang penuh tantangan.

Sebagai Wakil Presiden, Hamzah Haz menghadapi berbagai persoalan yang tidak mudah. Meski banyak tantangan politik, ia tetap teguh memperjuangkan aspirasi umat dan mengedepankan pendekatan bijak dalam menghadapi permasalahan bangsa. Kepemimpinan dan integritasnya memberikan teladan bagi banyak orang, baik di kalangan politikus, tokoh agama, maupun masyarakat umum.

Jejak Inspirasi dan Warisan Abadi

Selama hidupnya, Hamzah Haz meninggalkan banyak pelajaran tentang kesederhanaan, keteguhan, dan pengabdian tulus tanpa pamrih. Hamzah Haz selalu dekat dengan rakyat kecil, turun langsung ke lapangan, dan mendengarkan aspirasi mereka. Perannya di NU mengukirkan jejak abadi sebagai seorang aktivis yang gigih memperjuangkan kepentingan umat.

Bagi generasi muda, perjalanan hidup Hamzah Haz adalah teladan tentang arti pengabdian sejati pada bangsa dan negara. Kecintaannya pada NU, kegigihannya dalam memperjuangkan keadilan, serta perannya dalam menjaga stabilitas negara menjadi warisan yang akan selalu dikenang dan menginspirasi. Ia mengajarkan bahwa pengabdian bukanlah sekadar jabatan, tetapi panggilan untuk mengabdi dengan sepenuh hati.

Hari ini, seratus hari sejak kepergiannya, bangsa Indonesia mengenang Hamzah Haz dengan penuh hormat. Semoga amal baik beliau diterima oleh Allah SWT, dan semoga nilai-nilai perjuangannya senantiasa hidup di hati kita, menjaga semangat pengabdian bagi umat dan bangsa.

Penulis: Zainal Arifin, Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kraksaan, Divisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) Pengurus Pusat Majelis Terapis Nusantara (PP Mantra)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *