Oleh : Akhmad Baktiyar Zamzami, M.Pd.I [ Wakil Ketua MWCNU Kraksaan ]

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ،ـ

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ، كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ، بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (سورة سبأ: ١٥)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda nabi habibana wa nabiyyana Muhammad SAW, juga kepada keluarga dan para sahabatnya, tabi’in-tabia’at-nya, hingga kepada kita selaku umatnya.

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah SWT.

Jamaah shalat Jumat hafidzakumullah.

Tidak lama lagi, kita akan memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia. Ya, 17 Agustus nanti kita akan merayakan kemerdekaan yang telah kita raih dan lalui selama 79 tahun.

Kemerdekaan Indonesia bukanlah pemberian dari siapa pun. Bukan pula hadiah dari penjajah. Juga tidak dibantu oleh negara mana pun. Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa ini murni adalah rahmat Allah SWT yang diikhtiarkan melalui perjuangan berdarah-darah serta pengorbanan nyawa dan harta dari para pendahulu kita. Sungguh benar apa yang dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Para pahlawan dan pejuang kemerdekaanlah yang mengerahkan daya upaya dan ikhtiar, dan Allah-lah yang menentukan dan memberikan kemenangan. Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu. Allah SWT yang menghendaki terjadinya segala sesuatu. Allah-lah yang mencurahkan dan menganugerahkan rahmat kemerdekaan kepada kita semua.

وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Artinya: “Allah-lah sendirian yang mengalahkan semua musuh”

Alhamdulillah, ikhtiar para pendahulu kita diiringi rahmat Allah SWT, sehingga kemenangan dan kemerdekaan pada akhirnya dapat diraih. Mudah-mudahan para pahlawan yang telah berjuang untuk Islam dan Indonesia di bumi nusantara yang telah gugur mendahului kita memperoleh balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Kemerdekaan adalah rahmat dari Allah SWT dan merupakan nikmat bagi kita semua. Jika kita terus bersyukur atas nikmat kemerdekaan dan nikmat-nikmat Allah lainnya, maka Allah SWT akan menambahkan nikmat-nikmat-Nya sebagaimana yang Ia firmankan:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepada kalian. Tetapi jika kalian mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat” [ QS. Ibrahim: 7 ].

Mensyukuri nikmat adalah dengan tidak menggunakannya dalam bermaksiat kepada Allah SWT. Kita syukuri nikmat kemerdekaan ini dengan melakukan berbagai kebaikan dan berbuat baik kepada orang lain. Kita syukuri kemerdekaan ini dengan melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi seluruh larangan Allah SWT. Kita lakukan tugas dan kewajiban kita sebagai ayah, ibu, anak, sebagai suami, istri, sebagai guru, murid, sebagai pejabat, rakyat, sebagai orang yang hidup bertetangga, sebagai orang yang hidup bermasyarakat dan sebagai orang yang hidup berdampingan dengan umat agama lain. Jika masing-masing dari kita telah mengetahui, memahami dan melakukan tugas serta kewajibannya sebagaimana mestinya, maka negara ini akan senantiasa aman dan sentosa.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia.

Kemerdekaan adalah nikmat yang menjadikan kita terbebas dari berbagai belenggu. Nikmat kemerdekaan adalah pintu yang membuka nikmat-nikmat yang lain. Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat merasakan nikmatnya beribadah dengan leluasa. Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat merasakan nikmatnya belajar dan mengajar. Dengan nikmat kemerdekaan, kita dapat menikmati kebersamaan kita sebagai saudara-saudara seagama, saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Dan dengan nikmat kemerdekaan, kita bisa membangun negeri ini secara bersama-sama.

Oleh karena itulah, kita rawat dan lestarikan nikmat kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai nikmat yang agung ini terlepas dari kita. Bagaimana cara merawat dan melestarikannya? Dengan cara terus membangun negeri ini dan memperbaikinya. Kita mulai dengan membangun dan memperbaiki diri dan keluarga kita. Lalu meluas ke masyarakat. Ibarat sebuah bangunan, maka Indonesia terdiri dari banyak sekali batu-bata dan komponen-komponen lainnya. Kita dan keluarga kita adalah salah satu dari batu-bata negeri ini. Jika semua batu-bata dan komponen lainnya baik dan kuat, maka bangunan negeri ini akan kuat. Sebaliknya, jika ada satu saja atau beberapa batu-bata yang rapuh, maka bisa jadi hal itu akan berakibat rapuhnya bangunan seluruh negeri, bahkan bisa menjadikan seluruh bangunan menjadi runtuh.

Al-Qur’an sendiri mengingatkan kita dengan pesan:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا، كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya: “Dan berpegang teguhlahlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” [ QS. Ali ‘Imran:103 ].

Hadirin yang mudah-mudahan dimuliakan Allah.

Negeri ini tidak hanya berupa wilayah geografis, yaitu tanah, air dan udara semata. Tetapi lebih dari itu, negeri ini juga mencakup manusia yang merupakan penduduk negeri yang di tangan merekalah nasib negeri ini akan seperti apa. Oleh karena itu, kita utamakan membangun manusia daripada membangun yang lain. Karena sendi dan tiang penyangga dari bangunan negeri ini tiada lain adalah akhlak karimah. Lalu apa gerangan pondasi dari bangunan negeri ini? Pondasinya adalah paham dan haluan yang moderat. Ya, paham dan haluan yang moderat dalam politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain, terutama paham, pandangan dan haluan yang moderat dalam keagamaan.

Syekh Muhammad Ali mengatakan:

حُبُّ الوَطَنِ مِنَ الإِيْماَنِ

Artinya: “Cinta tanah air bagian dari iman.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Islam memerintahkan kita agar berpaham moderat (wasatiyyah), tidak melampaui batas yang digariskan Islam (ghuluww) dan tidak ceroboh sehingga tidak sampai pada batas yang digariskan Islam (taqshir), tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrem kiri. Paham keagamaan yang moderat adalah paham yang diajarkan dan disampaikan oleh para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah dan diyakini oleh mayoritas umat Islam dari masa ke masa. Paham inilah yang harus selalu kita junjung tinggi jika kita ingin membangun negeri ini. Karena fakta sejarah membuktikan bahwa pemikiran dan paham yang ghuluw, taqshir, dan ekstrem telah memporak-porandakan dan meluluhlantakkan berbagai negara.

Atsar Khalifah Umar bin Khattab RA sebagaimana dikutip Syekh Ismail Haki menyatakan:

ﻟَﻮْلَا ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﻮَﻃَﻦِ ﻟَﺨَﺮُﺏَ ﺑَﻠَﺪُ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀ ﻓَﺒِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺎَﻭْﻃَﺎﻥِ ﻋُﻤِﺮَﺕِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥُ

Sayyidina Umar berkata: “Seandainya tidak ada cinta tanah air, hancurlah negara yang terpuruk. Dengan cinta tanah air, negara akan berjaya.”

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Jika kita mencintai negeri ini, jika kita cinta tanah air ini, maka buktikan cinta itu. Jangan hanya cinta yang terucap di bibir saja. Tapi cinta yang benar-benar cinta. Yaitu cinta yang senantiasa mendorong kita untuk terus membangun dan memperbaiki negeri ini. Kita bangun dan perbaiki negeri ini dengan menjadi pribadi-pribadi yang shalih. Yaitu pribadi-pribadi yang berilmu, beramal dan penuh dedikasi untuk membangun negeri. Pribadi-pribadi yang shalih akan melahirkan keluarga-keluarga yang shalih. Dan keluarga-keluarga yang shalih akan mewujudkan masyarakat yang shalih. Jadi kesalehan individu akan mewujudkan kesalehan sosial. Kesalehan sosial akan menjadikan negeri ini aman, sentosa dan sejahtera. Dengan kesalehan sosial, segala bentuk kejahatan akan terputus. Dan satu lagi, jangan pernah bosan untuk terus mengampanyekan paham-paham Ahlussunnah yang moderat dan rahmatan lil ‘alamin. Paham moderat lah yang akan menjadikan Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

Dalam kaidah fiqih disebutkan:

المُتَعَدِّيْ أَفْضَلُ مِنَ اْلقَاصِرِ

“Sesuatu yang manfaatnya dirasakan masyarakat luas itu lebih utama ketimbang sesuatu yang manfaatnya hanya dirasakan diri sendiri”.

Indonesia membutuhkan semangat baru yang besar dengan persatuan dan kesetaraan untuk mencapai segala tujuan. Dalam perjuangan yang baru ini, negara tetap berprinsip pada nilai-nilai luhur dengan memperhatikan kodrat alam dan budaya. Kata kuncinya adalah nusantara, transisi, adaptif, kesetaraan, alam dan budaya, dengan itu semua mari kita jadikan Indonesia lebih maju.

Mari kita wujudkan Indonesia lebih maju dengan berjuang sesuai profesi dan kemampuan kita masing masing:

مَنْ كاَنَ عَلَيْهِ الْمَالُ فَلْيُجَاهِدْ بِمَالِهِ وَمَنْ كاَنَ عَلَيْهِ العِلْمُ فَلْيُجَاهِدْ بِعِلْمِهِ وَمَنْ كاَنَ عَلَيْهِ العَمَلُ فَلْيُجَاهِدْ بِعَمَلِهِ

“Barang siapa yang memiliki harta, maka berjuanglah dengan hartanya, dan barangsiapa yang memiliki Ilmu, maka berjuanglah dengan ilmunya, dan barangsiapa yang memiliki tenaga, maka berjuanglah dengan tenaganya”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *