Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Kraksaan terus berupaya mempererat hubungan dan komunikasi antara pengurus dan Nahdliyin di berbagai tingkatan. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah dengan rutin menggelar kegiatan silaturahim bertajuk “Turun ke Bawah” (Turba).

Kegiatan Turba ini dirancang sebagai ajang untuk memperkuat sinergi dan silaturahim antara pengurus NU di tingkat cabang dan kecamatan. Dalam rangkaian kegiatan ini, PCNU Kota Kraksaan berencana mengunjungi seluruh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) yang berada di bawah naungannya.

Hingga saat ini, Turba telah berlangsung di 13 MWCNU dari total 14 putaran yang direncanakan. MWCNU Kraksaan menjadi tujuan ke-13 dalam rangkaian kunjungan ini. Setiap kunjungan dalam kegiatan Turba ini tidak hanya sekadar menjalin silaturahim, tetapi juga menjadi ajang konsolidasi dan koordinasi antar pengurus NU.

Turba kali ini bertempat di Kantor MWCNU Kraksaan, Jl. Sunan Bonang No.9, Pesantren, Kraksaan Wetan, Kec. Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, dan digelar pada Ahad (11/8/2024) dengan tema “Konsolidasi Pergerakan Organisasi Abad Kedua NU.”

Dalam sebuah sambutannya, Wakil Ketua PCNU, KH Abdul Hamid SH MM, memberikan ulasan mendalam mengenai sejarah KH Hasyim Asy’ari dan Nahdlatul Ulama (NU). Beliau menjelaskan bahwa sejak berdirinya, NU telah menjadi wadah perjuangan yang konsisten dalam menentang segala bentuk penjajahan dan melakukan dakwah guna menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut KH Abdul Hamid, dari rahim NU lahirlah laskar-laskar perjuangan yang terdiri dari para ulama, santri, dan umat Islam. Mereka semua bersatu padu dalam semangat jihad, siap berjuang untuk menegakkan agama dan membela tanah air dari segala bentuk ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri.

Lebih lanjut, KH Abdul Hamid memaparkan bahwa menjelang kemerdekaan Indonesia, KH Abdul Wahid Hasyim, yang merupakan putra KH Hasyim Asy’ari sekaligus tokoh NU, turut serta dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Beliau memainkan peran penting dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, sebuah upaya yang tidak terlepas dari semangat perjuangan yang diwarisi dari ayahnya.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, perjuangan NU untuk Indonesia tidak berhenti. Presiden Soekarno saat itu meminta fatwa dari KH Hasyim Asy’ari terkait hukum membela tanah air, bukan semata membela agama. Dari sinilah lahir Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama pada tanggal 22 Oktober 1945, yang ditandatangani langsung oleh KH Hasyim Asy’ari. Resolusi ini menjadi panggilan bagi seluruh umat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajah.

“Resolusi Jihad NU adalah salah satu bukti bahwa umat Islam Indonesia selalu berada di garda terdepan dalam menjaga kedaulatan NKRI. Tanpa adanya Resolusi Jihad ini, bisa jadi kita masih dijajah oleh Sekutu,” jelas KH Abdul Hamid.

Beliau juga mengimbau kepada seluruh warga NU untuk senantiasa melek sejarah, khususnya yang berkaitan dengan perjalanan Nahdlatul Ulama dari masa ke masa. “Perjuangan para kiai yang tidak mengenal lelah dalam menjaga akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah serta menjaga keutuhan bangsa dan negara harus kita pelajari dan kita teladani,” tegasnya.

Penulis: Alfin Maulana Haz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *