Oleh : Ust. Mahrus Ali, SH [ Wakil Syuriyah MWCNU Kraksaan ]

Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah

Mengawali khutbah Idul Adha ini khatib mengajak kepada semua jamaah dan juga diri khatib pribadi untuk senantiasa selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan demikian maka kita akan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, jika iman dan taqwa senantiasa bersemayam dalam diri kita maka tentulah kita akan selalu berjalan didalam kebenaran atau di jalan yang diridhai Allah SWT.

Selain meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, menjadi sebuah keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat yang tak terhingga bagi kita dalam kehidupan di dunia ini. Diantara nikmat yang nyata dan agung yang selalu kita rasakan saat ini adalah nikmat iman, Islam dan nikmat sehat serta umur yang Panjang, dengan nikmat tersebut kita masih dipertemukan dengaan hari raya Idul Adha ini, dan masih mampu menjalankan ibadah-ibadah yang ada di bulan Dzulhijjah yang mulia ini.

Jamaah Sholat Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT

Idul Adha dirayakan kaum muslimin setiap tahun di bulan Dzulhijjah merupakan hari raya yang didalamnya mengandung 2 ibadah, yakni haji dan kurban. Idul Adha atau Idul Qurban dan juga ibadah haji merupakan 2 ibadah yang tak terpisahkan dari kisah perjalanan hidup keluarga Nabi Ibrahim AS.

Allahuakbar 3x walillahilhamd. Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT.

Ibadah qurban diperintahkan atas umat Islam, tercantum dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah :

قُلْتُ أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ مَا هَذِهِ اْلأَضَاحِيُّ قَالَ سُنَّةُ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ قَالُوا مَا لَنَا مِنْهَا قَالَ بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ.

Artinya: 

“Aku atau mereka bertanya: Hai Rasulullah, apakah kurban itu? Nabi SAW menjawab: Itulah suatu sunnah ayahmu Ibrahim. Mereka bertanya (lagi): Apakah yang kita peroleh dari kurban itu? Rasulullah SAW menjawab: Di tiap-tiap bulu kita mendapat suatu kebajikan.”

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT

Berawal dari perjalanan dan perjuangan Nabi Ibrahim AS dan istrinya Siti Hajar yang mengidamkan seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan dalam rumah tangganya, maka kemudian Allah SWT menganugerahi seorang anak yang diberi nama Ismail AS, betapa bahagia dan gembiranya telah dikaruniai seorang anak laki-laki sebagai penerus perjuangannya didalam menegakkan agama tauhid (Islam), namun seiring dengan kebahagiaan itu, Allah SWT lalu memberi perintah dan sekaligus merupakan cobaan bagi mereka, diperintah untuk mengasingkan Ismail As dan Siti Hajar ke tempat yang jauh dari tempat kelahirannya, tanah Babilonia kawasan Palestina menuju tempat baru Mekah di tanah yang tandus, Siti Hajar dan Ismail AS ditinggalkan berdua, Ibrahim AS pulang ke negeri asalnya, 13 tahun kemudian, setelah Ismail AS beranjak remaja, Ibrahim AS datang mengunjungi anak dan istrinya tersebut.

Para jamaah sekalian yang dimuliakan Allah SWT.

Belum habis kerinduan mereka satu sama lain terlampiaskan, melalui mimpi yang benar, Allah SWT memerintahkan Ibrahim AS untuk menyembelih Ismail AS (sebagai ujian ketaatannya), meskipun dengan perasaan tertekan baik Ibrahim AS, Siti Hajar, maupun Ismail AS yang bakal dikorbankan, mereka dengan ikhlas segera melaksanakan perintah itu, akan tetaapi ketika Ibrahim AS mengayunkan goloknya dijabal qurban dekat Mina yang terpenggal ternyata bukan leher Ismail AS melainkan seekor domba berbulu putih, yang konon datang dari surga berasal dari domba yang dipersembahkan oleh anak Adam AS yang bernama Habil yang lalu dibunuh oleh kakaknya sendiri Qobil lantaran qurban sang adik diterima sedangkan qurban sang kakak sia-sia belaka.

Allahuakbar 3x walillahilhamd, Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT.

Ketika melakukan penyembelihan maka terucap kalimat “Allahuakbar” dari lisan Ibrahim AS ketika menyaksikan keajaiban tersebut, lalu disambung dengan kalimat tauhid “Laillahailallah” kemudian Ismail AS menyaut dengan tahmid “Allahuakbar walillahilham” lafadz-lafadz inilah yang kemudian menjadi takbiran. Kejadian itu diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah As-Safat ayat 102-107 :

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰى قَالَ يٰا اَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ. فَلَمَّا اَسْلَمَا وَتَلَّه لِلْجَبِيْنِ. وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰ اِبْرٰهِيْمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا اِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ. اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ. وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ.       .

Artinya :

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: “Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Allahuakbar 3x walillahilhamd. Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT.

Mengingat betapa berat pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan kelurganya dibanding dengan tuntutan bagi kaum muslimin untuk berqurban : Rasulullah SAW bersabda yang berupa ancaman bagi yang mampu untuk berqurban namun tidak dilakukan :

مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا.

Artinya: “Barangsiapa mempunyai keluasan rizki (mampu berkurban) tetapi ia tidak mau berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat kami bersembahyang.”[ HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah ].

Para Jamaah yang dimuliakan Allah SWT.

Ibadah qurban bukan hanya mementingkan tindakan lahiriah berupa menyedekahkan hewan ternak kepada orang lain terutama fakir miskin tetapi yang lebih penting adalah nilai ketulusan guna mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam beberapa ayat Al Qur’an Allah SWT memperingatkan bahwa yang betul-betul membuahkan kedekatan kepadanya (qurban) bukanlah fisik hewan qurban saja melainkan nilai taqwa dan keikhlasan yang ada di dalam jiwa, dalam Surah Al-Hajj ayat 37 Allah SWT berfirman :

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ  وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ                                                         

Artinya :

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah SWT, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah SWT telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah SWT terhadap hidayah-Nya kepada kamu dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT.

Penegasan Allah SWT ini mengindikasikan dua hal :

Pertama, penyembelihan hewan ternak sebagai qurban merupakan bentuk simbolik dari tradisi Nabi Ibrahim AS dan merupakan syi’ar dari ajaran Islam.

Kedua, Allah SWT hanya menginginkan nilai ketaqwaan dari orang yang menyembelih hewan ternak sebagai ibadah qurban. Usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT terutama melalui qurban kita lakukan secara terus menerus, karena itulah agama Islam disebut sebagai jalan (syari’ah, thariqah, dan syirat) menuju dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Melakukan qurban bersifat dinamis dan tiada berhenti, menempuh jalan yang berujung kepada Ridha Allah SWT, dengan demikian wujud yang paling penting dari qurban adalah seluruh perbuatan baik/Kebajikan, sehubungan dengan perintah untuk berqurban di atas, maka Rasulullah SAW setiap tahun selalu menyembelih hewan qurban dan tidak pernah meninggalkannya meskipun dari sisi ekonomi beliau termasuk orang yang menjalani hidup sederhana.

Allahuakbar 3x walillahilhamd. Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT.

Kalaulah ibadah qurban dilaksanakan dengan ikhlas hanya demi mengharap ridha Allah SWT pasti akan memberi hikmah dan manfaat bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat, diantaranya :

Pertama, meningkatkan keimanan kepada Allah SWT

Kedua, ibadah qurban yang dilaksanakan oleh seorang muslim dapat melatih kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah SWT

Ketiga, orang yang dekat dengan Allah SWT akan memperoleh predikat muqarrabin, muthaqin serta mendapat kemuliaan dunia dan akhirat

Keempat, membersihkan diri dari sifat bahimiah pada saat hewan qurban jatuh ke bumi maka saat itulah sifat kebinatangan harus sirna, seperti : sifat rakus, serakah, kejam, dan penindas.

Allahuakbar 3x walillahilhamd.

Dipenghujung khutbah ini dengan khusyuk dan tadharru’ kita berdoa kepada Allah SWT, semoga perjalanan hidup kita senantiasa terhindar dari segala keburukan yang menjerumuskan kita dan umat Islam semuanya.

Semoga dengan doa ini pula kiranya Alah SWT berkenan menyatukan kita dalam kebenaran agama-Nya dan memberi kekuatan untuk mentaati semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Aamiin ya robbal ‘alamin.

جعلنا الله واياكم من السعداء المقبولين واذخلنا واياكم في زمرة عباده المتقىن:قال تعالى في القران العظيم اعوذ بالله من الشيطانالرجيم قال انما انماانا بشرمثلكم يوحي الى انما الهكم اله واحد فمن كان يرجو لقاء ربه احدا                                                          

بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني واياكم بما فيه من الا يات وذكرالحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هوالسميع العليم اقول قولي هذا واستغفرالله العظيم لي ولكم ولسائرالمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه انه هوالغفورالرحيم                                  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *