Pengabdian kepada Nahdlatul Ulama (NU) adalah sebuah perwujudan dari kecintaan dan komitmen yang mendalam terhadap nilai-nilai keagamaan, sosial, dan kemanusiaan. Namun, dalam perjalanan pengabdian tersebut, seringkali kita dihadapkan pada dilema antara tugas organisasi dan kewajiban personal yang tak terhindarkan.

Kehadiran kewajiban personal di luar organisasi, seperti mencari nafkah atau mengajar bagi mereka yang berprofesi sebagai guru misalnya, merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam menjaga keseimbangan antara tugas organisasi dan tanggung jawab pribadi.

Meski demikian, para pengabdi NU tetap memprioritaskan tugas-tugas organisasi dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Mereka menyadari pentingnya skala prioritas dalam mengatur waktu dan energi, namun tidak pernah melupakan nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan yang menjadi dasar dari pengabdian mereka.

Sebagai contoh, bagi seorang guru yang memiliki tanggung jawab mengajar, baik di lembaga formal maupun non-formal, kewajiban tersebut tetap dijalankan dengan penuh dedikasi. Namun, jika terdapat keterlambatan atau penundaan dalam menjalankan tugas organisasi NU, hal tersebut bukanlah sebuah indikasi kurangnya kesetiaan atau kecintaan terhadap organisasi. Sebaliknya, itu hanyalah sebuah bentuk pengaturan prioritas yang dilakukan dengan bijak, demi menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kegiatan organisasi.

Mengutamakan kewajiban personal seperti mencari nafkah atau mengajar sebagai seorang guru merupakan bagian integral dari tanggung jawab individu terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, ketika ada situasi di mana tugas organisasi harus ditunda demi kewajiban personal, hal ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Dalam konteks ini, penting bagi kita semua untuk saling memahami dan mendukung satu sama lain. Solidaritas dan kerjasama menjadi kunci utama dalam memperkuat pengabdian kita kepada NU. Saling pengertian dan komunikasi yang baik akan membantu kita melewati setiap tantangan dan hambatan yang mungkin timbul dalam perjalanan pengabdian kita.

Hal ini bukanlah suatu hal yang dilakukan dengan sengaja atau tanpa pertimbangan. Sebaliknya, ini adalah cermin dari komitmen yang kuat terhadap kedua belah pihak. Para pengabdi NU memahami bahwa dalam menjalani kehidupan, terdapat prioritas yang harus diatur dengan bijak.

Dengan tetap menjaga kesetiaan, keikhlasan, dan semangat dalam pengabdian kepada Nahdlatul Ulama (NU), kita semua dapat bersama-sama membangun masyarakat yang lebih baik, berlandaskan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan persatuan.

Zainal Arifin, Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kraksaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *