Kraksaan, mwcnukraksaan.or.id – Di era 1980-an, tepatnya di tahun 1980-1981, para petani di Probolinggo, khususnya di Kraksaan, dihadapkan pada situasi yang penuh ironi. Upaya pemerintah untuk membasmi hama dengan penyemprotan massal menggunakan helikopter justru berakibat fatal. Alih-alih hama yang musnah, justru serangga bermanfaat seperti laba-laba dan walang tanduk panjang turut terbunuh.

Dampaknya, populasi hama justru melonjak drastis, jauh melebihi jumlah musuh alaminya. Hama seperti walang sangit, walang cetet, dan kepek helm menjadi momok bagi para petani, menyebabkan gagal panen dan kerugian besar. Kejadian ini membuka peluang bagi industri pestisida, dan berbagai macam racun hama membanjiri kios-kios di seluruh wilayah.

Namun, penggunaan racun hama tak selalu efektif. Seringkali, hama justru menjadi kebal terhadap racun, memaksa para petani untuk terus membeli produk pestisida baru. Hal ini semakin memperparah kondisi keuangan mereka, yang telah terbebani oleh pinjaman dari bank.

Di tahun 2010, para petani tembakau di Probolinggo kembali dihadapkan pada situasi yang tak kalah menantang. Cuaca yang mendung dan minim sinar matahari menyebabkan tanaman tembakau gagal panen. Banyak petani dan buruh tani yang jatuh sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit karena terlilit hutang bank.

Tak hanya itu, di tahun 2019, para petani tembakau di Kraksaan diuji dengan kualitas bibit yang buruk. Hal ini memaksa mereka untuk membeli bibit baru di Situbondo, bahkan melalui online.

Kesulitan para petani tak berhenti di situ. Pada musim tanam padi di bulan April-Mei 2024, Probolinggo, khususnya Kraksaan, kembali dilanda gagal panen. Faktor utama kali ini adalah cuaca ekstrem yang tidak bersahabat. Gagal panen ini tak hanya merugikan para petani, tetapi juga berimbas pada sektor perbankan yang mengalami kerugian finansial.

Kisah para petani di Probolinggo ini merupakan gambaran nyata dari perjuangan mereka dalam menghadapi berbagai rintangan, mulai dari hama, cuaca ekstrem, hingga gagal panen. Situasi ini tak hanya berdampak pada kehidupan mereka sendiri, tetapi juga pada sektor ekonomi secara keseluruhan.

Kisah ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menghargai jerih payah para petani dalam menyediakan pangan bagi bangsa. Kita juga perlu terus mendorong upaya-upaya untuk membantu mereka dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada, demi mewujudkan ketahanan pangan yang lebih kokoh di Indonesia.

Penulis: Moradin, Ketua LPPNU MWCNU Kraksaan
Editor: Tim Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *